Jakarta | acehtraffic.com - PT Pertamina (persero) berhasil meraup pendapatan sebesar US$ 28,79 miliar atau setara Rp 280 triliun sepanjang Januari hingga Mei 2013. Pendapatan tersebut sekaligus mencapai 44 persen dari target yang dipatok sepanjang tahun ini sebesar US$ 65,22 miliar.
"Adapun laba bersih sudah mencapai separuh target, yakni sebesar US$ 1,29 miliar," kata Direktur Pertamina Karen Agustiawan usai buka bersama pemimpin redaksi media massa di Hotel Mulia, Rabu malam, 10 Juli 2013. Sepanjang 2013 ini, perusahaan minyak pelat merah tersebut menargetkan laba bersih sebesar US$ 3,05 miliar.
Juru bicara Pertamina Ali Mundakir menambahkan, pendapatan tersebut cukup mengalami penurunan jika dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu. Salah satu alasannya adalah penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar dari sebesar Rp 9.150 per dolar Amerika Serikat sepanjang tahun 2012, melemah menjadi RP 9.750 per dolar Amerika Serikat pada Januari-Mei 2013.
Selain nilai tukar rupiah, penurunan pendapatan juga diakibatkan oleh menurunnya realisasi harga minyak. Pada tahun lalu, harga minyak dipatok tinggi sebesar US$ 120 per barel, sedangkan pada tahun ini harga minyak turun menjadi US$ 106 per barel. "Pertamina membeli minyak dalam dolar, tapi pendapatannya dalam rupiah," ujar Ali.
Kendati demikian, Ali menyatakan optimistis perusahaan akan mencapai target kinerja tersebut. Sejumlah upaya yang dilakukan di antaranya meningkatkan produksi melalui intensifikasi dan Enhanced Oil Recovery (EOR)--teknik meningkatkan jumlah minyak mentah yang dapat diekstraksi dari ladang minyak-- serta menekan kerugian dari penjualan elpiji.| AT | M | Tempo |
"Adapun laba bersih sudah mencapai separuh target, yakni sebesar US$ 1,29 miliar," kata Direktur Pertamina Karen Agustiawan usai buka bersama pemimpin redaksi media massa di Hotel Mulia, Rabu malam, 10 Juli 2013. Sepanjang 2013 ini, perusahaan minyak pelat merah tersebut menargetkan laba bersih sebesar US$ 3,05 miliar.
Juru bicara Pertamina Ali Mundakir menambahkan, pendapatan tersebut cukup mengalami penurunan jika dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu. Salah satu alasannya adalah penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar dari sebesar Rp 9.150 per dolar Amerika Serikat sepanjang tahun 2012, melemah menjadi RP 9.750 per dolar Amerika Serikat pada Januari-Mei 2013.
Selain nilai tukar rupiah, penurunan pendapatan juga diakibatkan oleh menurunnya realisasi harga minyak. Pada tahun lalu, harga minyak dipatok tinggi sebesar US$ 120 per barel, sedangkan pada tahun ini harga minyak turun menjadi US$ 106 per barel. "Pertamina membeli minyak dalam dolar, tapi pendapatannya dalam rupiah," ujar Ali.
Kendati demikian, Ali menyatakan optimistis perusahaan akan mencapai target kinerja tersebut. Sejumlah upaya yang dilakukan di antaranya meningkatkan produksi melalui intensifikasi dan Enhanced Oil Recovery (EOR)--teknik meningkatkan jumlah minyak mentah yang dapat diekstraksi dari ladang minyak-- serta menekan kerugian dari penjualan elpiji.| AT | M | Tempo |
Posting Komentar