Lhokseumawe | Acehtraffic.com – Seratusan buruh yang bekerja bagian recording line 14 survey seismic migas Zaratex NV di Blok Sawang-Matang Lada kelaparan akibat makanan yang disediakan perusahaan migas tersebut basi.
Hand Talky [HT] tak henti hentinya bersuara “bu basi bu basi wooooi, kamoe ken budak[nasi basi nasi basi wooooi, kami bukan budak]” ungkap pekerja bagian recording Line 14 di kecamatan Nisam, Aceh Utara.
Letak geografis daerah itu yang berbukit-bukit dan terjal tidak bisa dilalui oleh kendaraan darat, buruh Zaratex NV harus jalan kaki menggotong kabel seberat 30Kg dipundaknya menempuh jarak pulang pergi sejauh 8 kilometer dari Alue Seumirah sampai Alue Jeungkai tanpa makanan.
“hari ini kami diberi makanan basi, kemarin kami diberi makanan dengan ikan tonggol busuk hingga mulut kami gatal-gatal, kami diperlakukan seperti budak” ungkap buruh bagian recording [fase survey seismic 2D] Zaratex NV.
Buruh yang tidak ingin namanya ditulis ini juga mengaku sulit mendapatkan pelayanan kesehatan “ketika ada yang sakit kami sulit mendapatkan obat setelah makan ikan gatal, nyan ban kamoe dipeulaku [begitu perlakuan mereka], belum lagi gaji kami 30.000 per hari” Ungkapnya tadi sore, Selasa 29 Mei 2012.
Mereka memilih untuk pulang karena lapar, sesampainya di Gampong Meunasah Alue Kecamatan Nisam pekerja outsorsing itu makan mie yang direndam dengan air panas.
“mereka baru makan jam 14.00Wib di warung kopi saya, tapi mereka makan mie rebus dengan air panas beli dengan uang sendiri” kata Bustami pemilik warkop di Nisam.
M Hilmin Juanda Humas Zaratex NV yang dihubungi Acehtraffic.com untuk mendapatkan konfirmasi tidak berhasil. | AT | IS |
Posting Komentar