Acehtraffic.com - Sejumlah pakar menyebut perkembangan media dan revolusi informasidengan "Revolusi Industri Ketiga." Sebuah kata yang berakar dari kemajuan pesat teknologi, komunikasi dan software. Kemajuan ini menyebabkan berkurangnya biaya produksi, pengolahan dan transmisi informasi. Sebagai contoh, ketika selama tiga dekade kecepatan komputasi dalam setiap 18 bulan meningkat dua kali lipat, namun di permulaan abad ke-21, biayanya justru berkurang 1000 kali lipat dan kecepatannya pun meningkat drastis.
Jika kita merujuk ke data statistik, maka kita akan menemukan bahwa pada tahun 1993 hanya ada sekitar 50 website di seluruh dunia dan di akhir dekade 1990-an jumlah itu meningkat menjadi lebih dari lima juta website. Berdasarkan data yang ada, setiap hari bandwidth bertambah dan pertukaran informasi pun lebih cepat. Sebagai contoh, pada tahun 1980, hubungan telepon melalui kabel/kawat tembaga setiap detiknya hanya mampu mentransmisikan satu halaman informasi. Namun dewasa ini sehelai tipis fiber optik mampu mentransmisikan 90.000 jilid buku perdetiknya. Pada tahun 1980, memori satu gigabyte mampu memenuhi satu ruang kamar, namun saat ini memori 200 gigabyte dapat dimasukkan ke dalam saku kita.
Menurut sejumlah laporan dan data, jumlah informasi digital setiap lima tahun diperkirakan meningkat 10 kali lipat. Namun apa arti dari masalah ini bagi kekuatan dan pemerintahan di abad ke-21?
Dewasa ini, cyberspacemenjadi satu wilayah baru dan penting dari kekuatan. Oleh karena itu, kita akan melihat penggunaan "kekuatan" ini sebagai fenomena yang sangat luas dan berpengaruh besar. Dalam situasi saat ini, tidak dapat dipaparkan apa definisi tunggal dari kekuatan yang dapat diterima oleh semua pihak. Namun definisi kekuatan yang dijelaskan pada periode ini mencerminkan kepentingan-kepentingan dan nilai sebuah pemerintahan, partai atau individu.
Tawfiq Abu Schumer, analis politik di Jalur Gaza dalam sebuah artikel membahas tentang peran virus komputer pada abad ke-21 dan mengatakan bahwa konflik dan konfrontasi di antara berbagai pemerintahan di tingkat internasional telah memasuki dunia baru.
Ia dalam artikelnya menulis, misi media, pencerahan dan pembentukan budaya adalah demi masyarakat dan menyiapkannya untuk meraih kemajuan serta meningkatkan kesejahteraan sosial. Namun dewasa ini, misi itu meningkat ke tataran yang lainnya dan telah berubah menjadi mesin perang hegemoni dan kelompok militer tertentu. Banyak media saat ini hanya beraktifitas untuk melayani sebuah pemerintahan, partai atau kelompok tertentu dan hal ini sangat mengkhawatirkan.
Abu Schumer yang juga pakar ilmu komunikasi itu menilai media-media abad ke-21 dijadikan sebagai mekanisme politik dan militer, dan menurutnya mekanisme tersebut lebih kuat dari semua pasukan militer. Ia mengemukan pendapatnya itu dengan menyebutkan contoh-contoh konkret dari sejumlah langkah beberapa pemerintahan yang mengontrol media
Abu Schumer menulis, pada tahun 1969 Amerika menggunakan jaringan internet sebagai alat komunikasi militer. Setelah bertahun-tahun, efektifitas penggunaan jaringan tersebut mulai tampak dan tujuannya pun terealisasi.
Selama beberapa dekade terakhir, internet memasuki kancah akademisi dan pusat-pusat penelitian, dan berubah menjadi bagian penting dari atmosfer global. Saat ini negara-negara dunia berusaha menjinakkan jaringan-jaringan "nakal" dan mengontrolnya demi meraih kepentingan mereka. Dalam upaya ini, negara-negara yang berhasil adalah negara-negara yang lebih mengetahui berbagai fungsi dari media dan menggunakannya untuk kepentingan mereka.
Hingga kini banyak negara yang tidak mampu memahami teknik-teknik media baru setelah mengalami perubahan pengertian dari bentuk dan sifatnya. Pertanyaannya adalah negara-negara mana yang menciptakan perubahan itu dan bagaimana cara membuat perubahan tersebut?
Rezim Zionis Israel adalah salah satu pemain internasional yang memperalat media baru untuk keuntungan kepentingan dan ambisinya. Rezim Zionis juga menjadi rezim petama yang menggunakan sistem digital dalam jajaran militernya. Sejak dekade 1960-an, semua bagian militer Israel telah menggunakan kecanggihan komputer. Sehingga dapat dikatakan, salah satu sumber penting pemasukan Israel berasal dari perdagangan sistem-sistem komputer dan software dalam berbagai bentuk, bukan dari sumber-sumber alami seperti minyak dan gas.
Selain itu, rezim Zionis berulang kali menggunakan kemampuan elektroniknya untuk menciptakan ketakutan di antara negara-negara di sekitarnya. Rezim ini juga berusaha keras untuk terus menekan dan menghantam Palestina. Namun hal itu tidak berarti bahwa kemampuan Israel tidak dapat ditembus. Buktinya, dalam beberapa pekan terakhir, berbagai situs Israel menjadi sasaran serangan para hacker anonymous.
Salah satu tindakan lain untuk mengubah definisi tradisonal dari kekuatan adalah perang-perang yang tidak menggunakan artileri, tank dan bom, namun dengan menggunakan virus-virus komputer sehingga meletuslah perang cyber dan internet.
Joseph Nye, dosen Universitas Harvard meyakini bahwa sumber kekuatan dan gaya peperangan di abad ke-21 adalah akibat perkembangan cyberspace yang telah memasuki dunia politik. Ia mengemukan beberapa argumen terkait hal ini, di antaranya adalah karena biaya rendah dalam menggunakan webspace dibandingkan dengan cara-cara lama, anonimitasdan asimetri dalam kerentanan, serta memiliki kapasitas dan kemampuan yang lebih dalam menjalankan kekuataannya.
Nye menambahkan, cyberspace dan internet tidak mengambil ruang geografis dan tidak menghapus pemerintahan, namun tidak diragukan lagi cyberspace akan menimbulkan pecahnya kekuatan dan dengan begitu realisasi kekuatan akan semakin rumit.
Kekuatan cyber dapat digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan di dalam cyberspace sendiri atau dapat menggunakann alat-alat cyber untuk mendapatkan hasil yang diinginkan di luar cyberspace. Geografi cyberspace sangat tidak stabil dibanding dengan lingkungan lainnya namun hal itu berubah menjadi titik kuatnya. Memindahkan gunung dan lautan adalah pekerjaan yang sangat sulit bahkan dibilang mustahil. Namun dengan memencet satu tombol kita dapat menghidupkan atau mematikan bagian dari cyberspace.
Pengiriman elektron ke seluruh dunia lebih murah dan lebih cepat ketimbang memindahkan kapal-kapal besar dalam jarak yang jauh. Biaya produksi kapal induk dan kapal selam merupakan hambatan besar bagi negara-negara berkembang untuk sampai kepada teknologi itu. Namun masuk ke dunia cyber dapat dikatakan tidak ada hambatan sama sekali sehingga pemain-pemain non-pemerintah dan pemerintahan-pemerintahan kecil dapat berperan besar di sektor tersebut dengan biaya yang rendah.
Dunia cyber dalam tiga hal memiliki ciri umum dengan perang darat meskipun dalam skala yang lebih besar. Ketiga ciri itu adalah jumlah pemain, kemudahan dalam memasukinya dan kemungkinan kerahasiaannya. Hal itu menyebabkan perang di bidang informasi dan internet secara bertahap menggantikan perang darat. Mungkin beberapa pihak menilai pengontrolan di bidang itu sangat sulit sehingga hingga kini sejumlah negara menghadapi masalah karena kurang mengetahui model-model baru dari perang informasi dan media. Namun kondisi itu tidak akan berlangsung lama dan mekanisme di bidang ini akan tampak jelas.
Dewasa ini, kekuatan internet dan cyberspace sangat mempengarui berbagai bidang dari peperangan hingga perdagangan. Bahkan alat-alat fisik di sejumlah sektor telah tergantikan. Namun ini bukan keseluruhan cerita dari cyberspace. Di masa mendatang akan terbukti bagaimana informasi dan internet dapat mengubah nasib manusia, dan pertanyaannya adalah apakah alat-alat ini dapat menjadi alternatif lain atau akan justru menjadi sumber perubahan baru?| AT | M | Irib |
Jika kita merujuk ke data statistik, maka kita akan menemukan bahwa pada tahun 1993 hanya ada sekitar 50 website di seluruh dunia dan di akhir dekade 1990-an jumlah itu meningkat menjadi lebih dari lima juta website. Berdasarkan data yang ada, setiap hari bandwidth bertambah dan pertukaran informasi pun lebih cepat. Sebagai contoh, pada tahun 1980, hubungan telepon melalui kabel/kawat tembaga setiap detiknya hanya mampu mentransmisikan satu halaman informasi. Namun dewasa ini sehelai tipis fiber optik mampu mentransmisikan 90.000 jilid buku perdetiknya. Pada tahun 1980, memori satu gigabyte mampu memenuhi satu ruang kamar, namun saat ini memori 200 gigabyte dapat dimasukkan ke dalam saku kita.
Menurut sejumlah laporan dan data, jumlah informasi digital setiap lima tahun diperkirakan meningkat 10 kali lipat. Namun apa arti dari masalah ini bagi kekuatan dan pemerintahan di abad ke-21?
Dewasa ini, cyberspacemenjadi satu wilayah baru dan penting dari kekuatan. Oleh karena itu, kita akan melihat penggunaan "kekuatan" ini sebagai fenomena yang sangat luas dan berpengaruh besar. Dalam situasi saat ini, tidak dapat dipaparkan apa definisi tunggal dari kekuatan yang dapat diterima oleh semua pihak. Namun definisi kekuatan yang dijelaskan pada periode ini mencerminkan kepentingan-kepentingan dan nilai sebuah pemerintahan, partai atau individu.
Tawfiq Abu Schumer, analis politik di Jalur Gaza dalam sebuah artikel membahas tentang peran virus komputer pada abad ke-21 dan mengatakan bahwa konflik dan konfrontasi di antara berbagai pemerintahan di tingkat internasional telah memasuki dunia baru.
Ia dalam artikelnya menulis, misi media, pencerahan dan pembentukan budaya adalah demi masyarakat dan menyiapkannya untuk meraih kemajuan serta meningkatkan kesejahteraan sosial. Namun dewasa ini, misi itu meningkat ke tataran yang lainnya dan telah berubah menjadi mesin perang hegemoni dan kelompok militer tertentu. Banyak media saat ini hanya beraktifitas untuk melayani sebuah pemerintahan, partai atau kelompok tertentu dan hal ini sangat mengkhawatirkan.
Abu Schumer yang juga pakar ilmu komunikasi itu menilai media-media abad ke-21 dijadikan sebagai mekanisme politik dan militer, dan menurutnya mekanisme tersebut lebih kuat dari semua pasukan militer. Ia mengemukan pendapatnya itu dengan menyebutkan contoh-contoh konkret dari sejumlah langkah beberapa pemerintahan yang mengontrol media
Abu Schumer menulis, pada tahun 1969 Amerika menggunakan jaringan internet sebagai alat komunikasi militer. Setelah bertahun-tahun, efektifitas penggunaan jaringan tersebut mulai tampak dan tujuannya pun terealisasi.
Selama beberapa dekade terakhir, internet memasuki kancah akademisi dan pusat-pusat penelitian, dan berubah menjadi bagian penting dari atmosfer global. Saat ini negara-negara dunia berusaha menjinakkan jaringan-jaringan "nakal" dan mengontrolnya demi meraih kepentingan mereka. Dalam upaya ini, negara-negara yang berhasil adalah negara-negara yang lebih mengetahui berbagai fungsi dari media dan menggunakannya untuk kepentingan mereka.
Hingga kini banyak negara yang tidak mampu memahami teknik-teknik media baru setelah mengalami perubahan pengertian dari bentuk dan sifatnya. Pertanyaannya adalah negara-negara mana yang menciptakan perubahan itu dan bagaimana cara membuat perubahan tersebut?
Rezim Zionis Israel adalah salah satu pemain internasional yang memperalat media baru untuk keuntungan kepentingan dan ambisinya. Rezim Zionis juga menjadi rezim petama yang menggunakan sistem digital dalam jajaran militernya. Sejak dekade 1960-an, semua bagian militer Israel telah menggunakan kecanggihan komputer. Sehingga dapat dikatakan, salah satu sumber penting pemasukan Israel berasal dari perdagangan sistem-sistem komputer dan software dalam berbagai bentuk, bukan dari sumber-sumber alami seperti minyak dan gas.
Selain itu, rezim Zionis berulang kali menggunakan kemampuan elektroniknya untuk menciptakan ketakutan di antara negara-negara di sekitarnya. Rezim ini juga berusaha keras untuk terus menekan dan menghantam Palestina. Namun hal itu tidak berarti bahwa kemampuan Israel tidak dapat ditembus. Buktinya, dalam beberapa pekan terakhir, berbagai situs Israel menjadi sasaran serangan para hacker anonymous.
Salah satu tindakan lain untuk mengubah definisi tradisonal dari kekuatan adalah perang-perang yang tidak menggunakan artileri, tank dan bom, namun dengan menggunakan virus-virus komputer sehingga meletuslah perang cyber dan internet.
Joseph Nye, dosen Universitas Harvard meyakini bahwa sumber kekuatan dan gaya peperangan di abad ke-21 adalah akibat perkembangan cyberspace yang telah memasuki dunia politik. Ia mengemukan beberapa argumen terkait hal ini, di antaranya adalah karena biaya rendah dalam menggunakan webspace dibandingkan dengan cara-cara lama, anonimitasdan asimetri dalam kerentanan, serta memiliki kapasitas dan kemampuan yang lebih dalam menjalankan kekuataannya.
Nye menambahkan, cyberspace dan internet tidak mengambil ruang geografis dan tidak menghapus pemerintahan, namun tidak diragukan lagi cyberspace akan menimbulkan pecahnya kekuatan dan dengan begitu realisasi kekuatan akan semakin rumit.
Kekuatan cyber dapat digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan di dalam cyberspace sendiri atau dapat menggunakann alat-alat cyber untuk mendapatkan hasil yang diinginkan di luar cyberspace. Geografi cyberspace sangat tidak stabil dibanding dengan lingkungan lainnya namun hal itu berubah menjadi titik kuatnya. Memindahkan gunung dan lautan adalah pekerjaan yang sangat sulit bahkan dibilang mustahil. Namun dengan memencet satu tombol kita dapat menghidupkan atau mematikan bagian dari cyberspace.
Pengiriman elektron ke seluruh dunia lebih murah dan lebih cepat ketimbang memindahkan kapal-kapal besar dalam jarak yang jauh. Biaya produksi kapal induk dan kapal selam merupakan hambatan besar bagi negara-negara berkembang untuk sampai kepada teknologi itu. Namun masuk ke dunia cyber dapat dikatakan tidak ada hambatan sama sekali sehingga pemain-pemain non-pemerintah dan pemerintahan-pemerintahan kecil dapat berperan besar di sektor tersebut dengan biaya yang rendah.
Dunia cyber dalam tiga hal memiliki ciri umum dengan perang darat meskipun dalam skala yang lebih besar. Ketiga ciri itu adalah jumlah pemain, kemudahan dalam memasukinya dan kemungkinan kerahasiaannya. Hal itu menyebabkan perang di bidang informasi dan internet secara bertahap menggantikan perang darat. Mungkin beberapa pihak menilai pengontrolan di bidang itu sangat sulit sehingga hingga kini sejumlah negara menghadapi masalah karena kurang mengetahui model-model baru dari perang informasi dan media. Namun kondisi itu tidak akan berlangsung lama dan mekanisme di bidang ini akan tampak jelas.
Dewasa ini, kekuatan internet dan cyberspace sangat mempengarui berbagai bidang dari peperangan hingga perdagangan. Bahkan alat-alat fisik di sejumlah sektor telah tergantikan. Namun ini bukan keseluruhan cerita dari cyberspace. Di masa mendatang akan terbukti bagaimana informasi dan internet dapat mengubah nasib manusia, dan pertanyaannya adalah apakah alat-alat ini dapat menjadi alternatif lain atau akan justru menjadi sumber perubahan baru?| AT | M | Irib |
Posting Komentar