Acehtraffic.com - Beberapa waktu lalu muncul gerakan demonstrasi murid-murid sekolah, hampir di seluruh Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, mulai tingkat SD hingga SMA. Mereka menolak kebijakan mutasi 51 guru dan kepala sekolah di daerah itu. Beberapa siswa melakukan aksi penolakan mutasi dengan cara mogok belajar.
Hal itu memantik reaksi Dewan Pendidikan Kabupaten Pamekasan dan DPRD setempat. Mereka menyesalkan aksi unjuk rasa tersebut. Bila aksi dilakukan siswa SMA, dewan pendidikan masih memaklumi, namun gerakan ini juga dilakukan siswa SD.
Lalu ada apa hingga mereka menggelar aksi? Dan wajarkah anak SD demonstrasi?
Sekretaris Dewan Pendidikan Pamekasan Akhmad Zaini, seperti dikutip dari Antara justru mencurigai gerakan penolakan yang dilakukan siswa atas mutasi sebagian guru dan kepala sekolah mereka itu karena disuruh sebagian guru dan kepala sekolah mereka.
Seperti demonstrasi yang dilakukan para siswa SMK Negeri I dan II itu dan beberapa murid SD. "Apa jadinya putra-putri bangsa ini, jika sejak SD sudah belajar berunjuk rasa. Masa depan siswa jelas akan menjadi korban," katanya, Kamis (9/5)
Kecurigaan dewan pendidikan semakin kuat bahwa unjuk rasa tersebut atas suruhan oknum guru karena peserta unjuk rasa bukan hanya siswa tingkat SLTA, akan tetapi juga siswa SD. "Mereka kan tidak mungkin mengetahui kebijakan dinas, jika memang tidak diberitahu," terangnya.
Secara kelembagaan, kata dia, fenomena unjuk rasa siswa yang terjadi di sejumlah lembaga pendidikan di Kabupaten Pamekasan akhir-akhir ini memang telah menjadi perhatian serius dewan pendidikan, dinas dan DPRD setempat.
Bahkan, kata dia, pihaknya telah menggelar rapat koordinasi dengan semua jajaran pengurus Dewan Pendidikan dan akan menyampaikan rekomendasi kepada pimpinan pemkab dan Dinas Pendidikan Kabupaten. Salah satunya menindak tegas oknum guru dan kepala sekolah yang meminta para siswa untuk berunjuk rasa.
Menurut Pengamat Pendidikan Arif Rahman menilai, fenomena anak-anak SD demonstrasi membela guru wajar. Itu sebagai bentuk mengungkapkan ekspresi. "Hanya saja jangan sampai ke jalan, atau sampai digerakkan sambil bikin keributan. Kalau bisa guru saja yang menyelesaikan," kata dia Jumat malam (10/5).
Arif mengaku tidak mengetahui detail soal berita gerakan demonstrasi murid-murid sekolah SD di Sampang, Madura ini. Namun bila gerakan itu dilakukan untuk menolak mutasi guru, bagi dia itu hal wajar. Di beberapa sekolah SD memang seperti itu. "Karena mereka terlanjur suka, jadi ingin mempertahankan," ujarnya.| AT | M | MR |
Hal itu memantik reaksi Dewan Pendidikan Kabupaten Pamekasan dan DPRD setempat. Mereka menyesalkan aksi unjuk rasa tersebut. Bila aksi dilakukan siswa SMA, dewan pendidikan masih memaklumi, namun gerakan ini juga dilakukan siswa SD.
Lalu ada apa hingga mereka menggelar aksi? Dan wajarkah anak SD demonstrasi?
Sekretaris Dewan Pendidikan Pamekasan Akhmad Zaini, seperti dikutip dari Antara justru mencurigai gerakan penolakan yang dilakukan siswa atas mutasi sebagian guru dan kepala sekolah mereka itu karena disuruh sebagian guru dan kepala sekolah mereka.
Seperti demonstrasi yang dilakukan para siswa SMK Negeri I dan II itu dan beberapa murid SD. "Apa jadinya putra-putri bangsa ini, jika sejak SD sudah belajar berunjuk rasa. Masa depan siswa jelas akan menjadi korban," katanya, Kamis (9/5)
Kecurigaan dewan pendidikan semakin kuat bahwa unjuk rasa tersebut atas suruhan oknum guru karena peserta unjuk rasa bukan hanya siswa tingkat SLTA, akan tetapi juga siswa SD. "Mereka kan tidak mungkin mengetahui kebijakan dinas, jika memang tidak diberitahu," terangnya.
Secara kelembagaan, kata dia, fenomena unjuk rasa siswa yang terjadi di sejumlah lembaga pendidikan di Kabupaten Pamekasan akhir-akhir ini memang telah menjadi perhatian serius dewan pendidikan, dinas dan DPRD setempat.
Bahkan, kata dia, pihaknya telah menggelar rapat koordinasi dengan semua jajaran pengurus Dewan Pendidikan dan akan menyampaikan rekomendasi kepada pimpinan pemkab dan Dinas Pendidikan Kabupaten. Salah satunya menindak tegas oknum guru dan kepala sekolah yang meminta para siswa untuk berunjuk rasa.
Menurut Pengamat Pendidikan Arif Rahman menilai, fenomena anak-anak SD demonstrasi membela guru wajar. Itu sebagai bentuk mengungkapkan ekspresi. "Hanya saja jangan sampai ke jalan, atau sampai digerakkan sambil bikin keributan. Kalau bisa guru saja yang menyelesaikan," kata dia Jumat malam (10/5).
Arif mengaku tidak mengetahui detail soal berita gerakan demonstrasi murid-murid sekolah SD di Sampang, Madura ini. Namun bila gerakan itu dilakukan untuk menolak mutasi guru, bagi dia itu hal wajar. Di beberapa sekolah SD memang seperti itu. "Karena mereka terlanjur suka, jadi ingin mempertahankan," ujarnya.| AT | M | MR |
Posting Komentar