Lamongan | – Belasan warga Desa Sukobendu, Kecamatan Mantup menghadang survei seismik minyak gas migas di wilayahnya yang dianggap meresahkan warga karena dampak yang ditimbulkan, Minggu 9 September 2012 pagi.
Survei sismik yang dalam pelaksanaannya menggunakan dinamit di titik pengeboran itu dampaknya sangat tinggi. Warga merasakan dampaknya, selain psikologis terhadap anak – anak balita dan orang tua yang kegat dengan suara ledakan, juga akibat meteriil yang mengakibatkan rusaknya rumah warga, seperti tembok retak.
“Selama ini yang disosialisasikan hanya soal ganti rugi tanah yang terkena patok. Sementara penggunaan dinamit dan dampak ledakan tak pernah diberitahukan kepada warga,” tegas Muhammad Nasikan kepada Surya Online, Minggu 9 September 2012.
Meski pelaksakaan survei di Desa Sukobendu sudah dilakukan namun menurut Nasikan pembayaran ganti rugi belum diberikan dengan kesepakatan saat sosialiasi Rp 3.000/ m2. Pengaruh dari survey seismik itu sangat meresahkan dan merugikan warga.
Makanya saat pelaksanaan untuk kali sekian, Minggu pagi, belasan warga menghadang pelaksana dan meminta ganti rugi dibayar terlebih dahulu, serta sportifitas migas terhadap masyarakat yang terkena dampaknya harus dibuktikan.
Aksi penghentian belasan masyarakat ini merupakan buntut aksi penghentian yang dilakukan warga sehari sebelumnya Sabtu (8/9/2012). Saat itu pelaksana survei dari Pertamian EP hendak melakukan aktivitas namun diberhentikan warga sebelum kesepakatan direalisasikan. Bahkan korlap survei, Heri yang menjanjikan akan bertemu dengan warga Sabtu malam tidak dibuktikan.| Sumber SURYA Online| Foto Ilustrasi|
Survei sismik yang dalam pelaksanaannya menggunakan dinamit di titik pengeboran itu dampaknya sangat tinggi. Warga merasakan dampaknya, selain psikologis terhadap anak – anak balita dan orang tua yang kegat dengan suara ledakan, juga akibat meteriil yang mengakibatkan rusaknya rumah warga, seperti tembok retak.
“Selama ini yang disosialisasikan hanya soal ganti rugi tanah yang terkena patok. Sementara penggunaan dinamit dan dampak ledakan tak pernah diberitahukan kepada warga,” tegas Muhammad Nasikan kepada Surya Online, Minggu 9 September 2012.
Meski pelaksakaan survei di Desa Sukobendu sudah dilakukan namun menurut Nasikan pembayaran ganti rugi belum diberikan dengan kesepakatan saat sosialiasi Rp 3.000/ m2. Pengaruh dari survey seismik itu sangat meresahkan dan merugikan warga.
Makanya saat pelaksanaan untuk kali sekian, Minggu pagi, belasan warga menghadang pelaksana dan meminta ganti rugi dibayar terlebih dahulu, serta sportifitas migas terhadap masyarakat yang terkena dampaknya harus dibuktikan.
Aksi penghentian belasan masyarakat ini merupakan buntut aksi penghentian yang dilakukan warga sehari sebelumnya Sabtu (8/9/2012). Saat itu pelaksana survei dari Pertamian EP hendak melakukan aktivitas namun diberhentikan warga sebelum kesepakatan direalisasikan. Bahkan korlap survei, Heri yang menjanjikan akan bertemu dengan warga Sabtu malam tidak dibuktikan.| Sumber SURYA Online| Foto Ilustrasi|
Posting Komentar