Banda Aceh | acehtraffic.com- Banda Aceh menduduki peringkat terendah dalam kelulusan Ujian Nasional (UN) SMA. Sebesar 3,11 persen siswa SMA di Aceh dinyatakan tidak lulus. Hal ini disebabkan oleh mutu pendidikan yang jelek dan kualitas guru yang kurang.
Peneliti Public Expenditure Analysis and Capacity Strengthening Program Aceh Renaldi Safriansyah mengungkapkan, mutu pendidikan yang rendah disebabkan oleh beberapa hal. "Salah satunya adalah distorsi perencanaan pendidikan di Aceh," ujarnya kepada Tempo, Sabtu, 29 Juni 2013.
Menurutnya, sesuai data analisis terhadap anggaran publik Aceh tahun 2012, banyak pembangunan sektor pendidikan yang masih mementingkan pembangunan infrastuktur tapi meninggalkan pembangunan mutu pendidikan. Akibatnya, fasiltas sekolah di Aceh cukup memadai tapi mutu pendidiknya sangat kurang.
Salah satu contohnya, hanya satu dari lima orang guru di semua jenjang pendidikan yang bersertifikasi. Jumlah guru di Aceh sekitar 117.978 orang. "Kualitas guru di Aceh berada pada peringkat 28 nasional," kata Renaldi.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh Yunus Ilyas mengakui hal tersebut. Menurutnya, pembangunan infrastruktur sektor pendidikan memang menjadi prioritas, mengingat banyaknya fasilitas pendidikan yang dulunya hancur akibat konflik dan tsunami di Aceh. "Makanya pemerintah mengalokasikan banyak anggaran pendidikan untuk infrastruktur," ujarnya.
Menurutnya, dalam tahun ini, pemerintah mulai memfokuskan mata anggaran pada peningkatan mutu pendidikan untuk tenaga pendidik. "Juga sebaran guru yang lebih baik ke daerah terpencil," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Aceh Anas M Adam mengakui bahwa mutu pendidikan yang jelek disebabkan kemampuan guru dan sebaran yang tidak merata. "Tahun 2013 kita alokasikan anggaran yang besar untuk mutu, terutama guru," kata Anas. | AT | R | TEMPO|
Peneliti Public Expenditure Analysis and Capacity Strengthening Program Aceh Renaldi Safriansyah mengungkapkan, mutu pendidikan yang rendah disebabkan oleh beberapa hal. "Salah satunya adalah distorsi perencanaan pendidikan di Aceh," ujarnya kepada Tempo, Sabtu, 29 Juni 2013.
Menurutnya, sesuai data analisis terhadap anggaran publik Aceh tahun 2012, banyak pembangunan sektor pendidikan yang masih mementingkan pembangunan infrastuktur tapi meninggalkan pembangunan mutu pendidikan. Akibatnya, fasiltas sekolah di Aceh cukup memadai tapi mutu pendidiknya sangat kurang.
Salah satu contohnya, hanya satu dari lima orang guru di semua jenjang pendidikan yang bersertifikasi. Jumlah guru di Aceh sekitar 117.978 orang. "Kualitas guru di Aceh berada pada peringkat 28 nasional," kata Renaldi.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh Yunus Ilyas mengakui hal tersebut. Menurutnya, pembangunan infrastruktur sektor pendidikan memang menjadi prioritas, mengingat banyaknya fasilitas pendidikan yang dulunya hancur akibat konflik dan tsunami di Aceh. "Makanya pemerintah mengalokasikan banyak anggaran pendidikan untuk infrastruktur," ujarnya.
Menurutnya, dalam tahun ini, pemerintah mulai memfokuskan mata anggaran pada peningkatan mutu pendidikan untuk tenaga pendidik. "Juga sebaran guru yang lebih baik ke daerah terpencil," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Aceh Anas M Adam mengakui bahwa mutu pendidikan yang jelek disebabkan kemampuan guru dan sebaran yang tidak merata. "Tahun 2013 kita alokasikan anggaran yang besar untuk mutu, terutama guru," kata Anas. | AT | R | TEMPO|
Posting Komentar