Headlines News :
Home » » Dalam Sepakbola Juga Sama Dengan Politik Di Aceh, Ada Pengkhianat Juga !

Dalam Sepakbola Juga Sama Dengan Politik Di Aceh, Ada Pengkhianat Juga !

Written By Unknown on Sabtu, 26 Mei 2012 | 00.02

Awalnya mereka dipuja dan dicintai para fans. Namun kemudian menjadi musuh bersama bahkan dicap sebagai pengkhianat. Rupanya tidak saja dalam perpolitikan di Aceh saja  awalnya bersama, berjuang, dipuja,dibanggakan yang kemudian terjadi perbedaan pandangan langsung di klaim sebagai pengkhianat. 

Dalam persepakbolaan ternyata juga ada hal -hal cercaan yang aneh-aneh itu. Ha..ha

Ini adalah kisah-kisah pemain sepakbola hingga dia disebut "pengkhianat" seperti 
Legenda sepak bola Argentina, Diego Maradona, mengakui keinginannya untuk melatih mantan klubnya, Napoli. 
 
Namun, mimpinya itu terbentur masalah utang pajak yang menjeratnya terhadap pemerintah Italia. Ia juga mengaku bahwa akibat masalah itu, pemerintah Italia menganggapnya seperti pengkhianat.

"Saya ingin melatih Napoli. Tapi, pemerintah Italia memperlakukan saya seperti seorang pengkhianat," ujar Maradona seperti dilansir Goal, Rabu 15 Februari 2012 lalu. 

Pemain yang terkenal dengan "Gol Tangan Tuhan" itu mengatakan, ia sudah lama bermimpi melatih Napoli untuk menghiasi karier kepelatihannya. Apalagi, ia memiliki hubungan emosional dengan klub yang ia bela dari 1984 hingga 1991 itu.

Sejak bermain di Napoli, Maradona diklaim pemerintah Italia tidak membayar pajak dan masih berutang pada pemerintah Italia sebesar 37 juta euro (sekitar Rp 432,8 miliar). Maradona merasa tidak mempunyai utang dengan negara tersebut. Bahkan, akibat masalah itu, Maradona merasa tidak nyaman jika ingin kembali ke Italia.

"Saya cinta Napoli dan Italia. Tapi, pihak berwenang Italia memperlakukan saya seperti pengkhianat. Setiap kembali ke Italia, saya merasa ngeri dan saya sama sekali tidak ada hubungannya dengan utang pajak. Ini hanya trik pintar dari beberapa direktur," ujar pelatih berusia 51 tahun ini.

Ini kisah Pele dituduh "Pengkhianat"

Brazil yang diragukan, bahkan oleh pers Brazil sendiri, akhirnya maju ke final berhadapan dengan Italia. Berarti terjadi pertarungan "antar benua", Eropa dan Amerika Latin. Italia diunggulkan, tapi Brazil sudah memimpin 1-0 di menit 17. Italia kemudian menyamakan 1-1. Menjelang babak pertama berakhir, Pele siap menghasilkan gol.
 
Tapi wasit meniup peluit. Pele menuduh wasit (dari Jerman) sebagai "kongkalikong" sesama dari Eropa! Gol balasan Italia di menit 37 tersebut, disesali Pele. Sebab bukan hasil kelihaian para pemain Italia, tapi karena kesalahan pemain Brazil sendiri.

Toh demikian, Pele siap menghasilkan gol untuk memimpin 2-1, ketika wasit dari Jerman meniup peluit. Pele penasaran sekali, dan menuduh wasit "memihak" Italia karena sesama Eropa. Pele memang masih "marah" karena tim-tim Amerika Latin dikerjakan saat tanding dalam Piala Dunia 1966 di Inggeris. Eh, kini di Mexico, wasit Jerman masih juga "main"! Pandangan Pele berubah setelah babak kedua dimainkan. "Wasit itu ternyata memimpin dengan sangat bagus"! katanya.

"jadi dugaan saya tidak berdasar"! Di babak kedua, Brazil memang ngamuk. Diragukan oleh pers Brazil sendiri, tapi "diunggulkan" oleh para penonton di Mexico, para pemain Brazil bertekad bulat "menjadi tuan di rumah sendiri". Brazil harus menang, karena mereka tanding di Amerika Latin.

Bukan di Eropa, meski Brazil pernah pula membuktikan bisa jago di Swedia pada 1958. Hasilnya mengejutkan: Gerson, Jairzinho dan Carlos Alberto masing-masing mencetak satu gol, untuk memastikan Brazil menang telak 4-1 atas Italia.


Dan dengan itu menjadi Juara Dunia untuk ketiga kalinya. Berarti pula berhak memiliki (untuk selamanya) Jules Rimet Cup. Sebab sesudah itu, namanya sudah berubah menjadi FIFA World Cup. Berarti : Brazil tim pertama yang menjadi Juara Dunia tiga kali. Juga pertama, dan terakhir sekaligus, pemilik Jules Rimet Cup. Tapi dari semua pemain Brazil, Pelelah yang paling bahagia.

Sebab dia menjadi pemain pertama yang menghasilkan tiga gelar juara dunia. Yaitu pada 1958, 1962 dan kini 1970. Pada 1966 Pele ambil bagian tapi tidak sampai tuntas, karena cedera.

Tapi kalau kesertaan itu dimasukkan, berarti Pele main dalam empat kali Piala Dunia, yaitu dari 1958 sampai 1970. Ini pun rekor tersendiri. Dan hanya Pele yang bisa melakukannya. Semua dimungkinkan, karena saat Pele mengikuti Piala Dunia 1958, umurnya baru 17 (termuda dalam sejarah Piala Dunia!)

Tambah 12 tahun (3 kali Piala Dunia), umur Pele baru 30 tahun. Jadi, kalau mau, atau kalau Brazil ingin menciptakan "rekor luar biasa" (pemainnya main dalam 5 Piala Dunia) sebenarnya Pele masih bisa diturunkan dalam Piala Dunia 1974 di Jerman.

Karena usia Pele "baru 34 tahun. Masih jago! Kebahagiaan Pele bisa dibilang "sempurna". Selain 3 x ambil bagian dalam Piala Dunia dan 3 x kali pula juara, Pele juga tidak mengalami .. cedera.

Lebih gembira lagi, karena Piala Dunia 1970 tersebut disiarkan ke seluruh penjuru dunia, dan diperkirakan ditonton paling tidak oleh satu biliun orang. Sambutan penonton atas keberhasilan Brazil menjadi juara dunia, tak terkirakan lagi. Mereka menyerbu ke tengah lapangan, "seperti serigala lapar" menurut Pele.

Dan karena Pele sudah tahu "apa yang diinginkan penonton", dia langsung .. mencopot kaosnya. "daripada aku tercekik dikeroyok suporter!", katanya. Tapi penonton memang benar-benar seperti serigala: Pele ditelanjangi, sehingga akhirnya hanya mengenakan celana dalam.

 Sepatu dan kaos kaki pun dilucuti untuk dijadikan "kenang-kenangan" oleh penonton (sudah memperkirakan hal ini, maka di saat istirahat babak pertama, Pele mengganti sepatunya dengan "yang lebih murah" sehingga sepatu asli yang dibanggakan, tetap menjadi miliknya.

 "Hanya sepatu itulah satu-satunya kenangan yang aku miliki dari Piala Dunia 1970 di Mexico") Selain sambutan luar biasa di Mexico, Pele dan kawan-kawan juga mendapat ucapan selamat dari Presiden Brazil dan tokoh-tokoh lain.

Pele sendiri mendapat ucapan selamat dari seluruh penjuru dunia, terutama dari mereka yang merasa kenal dengan Pele. Dari Mexico, tim Brazil pertama mendarat di Brasilia. Setelah dirayakan di sini, ganti Rio De Janeiro menyambutnya.

Disusul Sao Paulo. Tapi di kota ketiga ini, Pele tidak ikut. Sebab dia mendapat telepon dari isterinya, Rosemari, yang siap melahirkan anak. Maka Pele terbang untuk menemani kelahiran anaknya kedua tersebut.

Sungguh di luar dugaan, Pele dituduh sebagai "pengkhianat" hanya karena tidak tampil bersama pemain lain dalam sambutan di Sao Paulo tersebut!

 "Tapi aku yakin rakyat Brazil dapat memahami aku" kata Pele berharap. "Setiap orang dalam posisi seperti saya, aku yakin akan melakukan hal yang sama"!   | AT | Yahoo |Kompas
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Acehtraffic Template | Baharsj
Copyright © 2013. Aceh Zone - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Baharsj
Proudly powered by Blogger