Acehtraffic.com - Muhammad Elbaradei, ketua Partai el-Dostour dan salah satu tokoh penting Front Penyelamat Nasional Mesir mengakui bahwa revolusioner negara ini bergabung dengan sisa anasir rezim terguling Hosni Mubarak dan anggota partainya untuk melawan kubu Islam.
Elbaradei di sebuah artikelnya yang dimuat Koran Financial Times menyebutkan, revolusioner yang menggulingkan rezim Mubarak kini bersatu dengan sisa anasir rezim terguling untuk melawan program kubu Islam yang dimotori Presiden Muhammad Mursi dan pendukungnya.
Di bagian lain artikelnya, Elbaradei mengisyaratkan bahwa rakyat Mesir terbagi menjadi dua kubu, kubu Islam dan non Islam. Ia pun memperingatkan intervensi militer, meletusnya revolusi kaum miskin dan perang saudara.
Ia juga menuding militer Mesir telah merusak proses transisi kekuasaan pasca revolusi 25 Januari dengan mengeluarkan ijin digelarnya pemilu parlemen yang berakhir dengan kemenangan kubu Islam.
Elbaradei di artikelnya tersebut memuji langkah Mahkamah Konstitusi membubarkan parlemen yang dipilih lebih dari 30 juta warga Mesir.
Pengamat menyebut pengakuan Elbaradei ini sebagai kejahatan terhadap revolusi Mesir. Di sisi lain, Koran The Observer cetakan Inggris mengkritik desakan Elbarade dan pemimpin oposisi untuk membatalkan referendum konstitusi baru sebelum dihidupkannya kembali dialog nasional dan menyebut sikap kubu oposisi tidak menguntungkan Mesir.
Koran ini memuji langkah Mursi yang membatalkan dekrit konstitusi dan menyebutnya sebagai langkah awal kebijakan terbaik, meski hal tersebut nantinya tetap gagal membujuk kubu oposisi untuk berdialog mengenai undang-undang baru.
The Observer menambahkan, ancaman sejati adalah berlanjutnya gesekan politik dan fisik antara rakyat Mesir yang dimungkinkan akan tetap berlanjut pasca berakhirnya perseteruan saat ini terkait konstitusi baru.| AT | M | Irib |
Elbaradei di sebuah artikelnya yang dimuat Koran Financial Times menyebutkan, revolusioner yang menggulingkan rezim Mubarak kini bersatu dengan sisa anasir rezim terguling untuk melawan program kubu Islam yang dimotori Presiden Muhammad Mursi dan pendukungnya.
Di bagian lain artikelnya, Elbaradei mengisyaratkan bahwa rakyat Mesir terbagi menjadi dua kubu, kubu Islam dan non Islam. Ia pun memperingatkan intervensi militer, meletusnya revolusi kaum miskin dan perang saudara.
Ia juga menuding militer Mesir telah merusak proses transisi kekuasaan pasca revolusi 25 Januari dengan mengeluarkan ijin digelarnya pemilu parlemen yang berakhir dengan kemenangan kubu Islam.
Elbaradei di artikelnya tersebut memuji langkah Mahkamah Konstitusi membubarkan parlemen yang dipilih lebih dari 30 juta warga Mesir.
Pengamat menyebut pengakuan Elbaradei ini sebagai kejahatan terhadap revolusi Mesir. Di sisi lain, Koran The Observer cetakan Inggris mengkritik desakan Elbarade dan pemimpin oposisi untuk membatalkan referendum konstitusi baru sebelum dihidupkannya kembali dialog nasional dan menyebut sikap kubu oposisi tidak menguntungkan Mesir.
Koran ini memuji langkah Mursi yang membatalkan dekrit konstitusi dan menyebutnya sebagai langkah awal kebijakan terbaik, meski hal tersebut nantinya tetap gagal membujuk kubu oposisi untuk berdialog mengenai undang-undang baru.
The Observer menambahkan, ancaman sejati adalah berlanjutnya gesekan politik dan fisik antara rakyat Mesir yang dimungkinkan akan tetap berlanjut pasca berakhirnya perseteruan saat ini terkait konstitusi baru.| AT | M | Irib |
Posting Komentar