Lhokseumawe | Acehtraffic.com – Rumah sakit di Lhokseumawe dan Aceh Utara belum mampu untuk menangani pasien yang menderita gagal ginjal, hal tersebut diakibatkan karena peralatan Hemodialisa (alat cuci darah) yang masih minim. Sabtu, 8 Desember 2012.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh ketua Korwil Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) wilayah Sumatera Bagian Utara – Aceh, Prof.Dr.Harun Rasyid Lubis,SP.PD-KGH dalam kunjungan Visitasi Hemodialisa di Arun Hospital sekitar pukul 10:00 Wib.
Akibat minimnya alat cuci darah tersebut, banyak pasien dari Lhokseumawe dan Bireuen harus dirujuk ke rumah sakit di Banda Aceh dan Medan untuk melakukan cuci darah.
Selain itu, Prof.Dr.Harun Rasyid Lubis juga menjelaskan alat cuci darah yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Mutia (RSUDCM). Saat ini di rumah sakit tersbeut hanya ada 12 unit alat pencucian darah.
Jumlah alat tersebut masih sangat sedikit, sehingga belum bisa memberikan pelayan yang maksimak kepada para pasien yang menderita gagal ginjal. Sebaiknya alat pencucian darah tersebut jumlahnya harus lebih dari 12 unit.
Namun, saat para pasien yang menderita gagal ginjal tidak perlu khawatir lagi. Karena selain di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Mutia, di rumah sakit PT. Arun pun saat ini telah membuka pelayanan cuci darah kepada setiap pasien yang menderita gagal ginjal.
“Kita bersyukur, saat ini Arun Hospital telah membuka pelayanan cuci darah kepada masyarakat umum,” ujar Prof.Dr.Harun Rasyid Lubis.
Prof.Dr.Harun Rasyid Lubis, juga menjelaskan. Saat ini pasien gagal ginjal semakin meningkat. Salah satunya di Negara Indonesia, dari satu juta warga saa terdapat 400 penderita gagal ginjal.
“Bisa saja perkiraan itu terjadi di Aceh, maka disetiap daerah diharapkan memiliki alat cuci darah,” tutur Harun Rasyid Lubis.
Sementara itu, Pimpinan Arun Hospital, dr. Syahruddi Ibrahim mengatakan. pihaknya telah menyediakan empat unit alat cuci darah yang akan digunakan kepada pasien yang mengalami gagal ginjal.
“Walaupun di rumah sakit ini tidak ada JKA, maka pasien yang kurang mampu tetap kita layani,” ujar Syahruddi.| AT | AG |
Pernyataan tersebut disampaikan oleh ketua Korwil Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) wilayah Sumatera Bagian Utara – Aceh, Prof.Dr.Harun Rasyid Lubis,SP.PD-KGH dalam kunjungan Visitasi Hemodialisa di Arun Hospital sekitar pukul 10:00 Wib.
Akibat minimnya alat cuci darah tersebut, banyak pasien dari Lhokseumawe dan Bireuen harus dirujuk ke rumah sakit di Banda Aceh dan Medan untuk melakukan cuci darah.
Selain itu, Prof.Dr.Harun Rasyid Lubis juga menjelaskan alat cuci darah yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Mutia (RSUDCM). Saat ini di rumah sakit tersbeut hanya ada 12 unit alat pencucian darah.
Jumlah alat tersebut masih sangat sedikit, sehingga belum bisa memberikan pelayan yang maksimak kepada para pasien yang menderita gagal ginjal. Sebaiknya alat pencucian darah tersebut jumlahnya harus lebih dari 12 unit.
Namun, saat para pasien yang menderita gagal ginjal tidak perlu khawatir lagi. Karena selain di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Mutia, di rumah sakit PT. Arun pun saat ini telah membuka pelayanan cuci darah kepada setiap pasien yang menderita gagal ginjal.
“Kita bersyukur, saat ini Arun Hospital telah membuka pelayanan cuci darah kepada masyarakat umum,” ujar Prof.Dr.Harun Rasyid Lubis.
Prof.Dr.Harun Rasyid Lubis, juga menjelaskan. Saat ini pasien gagal ginjal semakin meningkat. Salah satunya di Negara Indonesia, dari satu juta warga saa terdapat 400 penderita gagal ginjal.
“Bisa saja perkiraan itu terjadi di Aceh, maka disetiap daerah diharapkan memiliki alat cuci darah,” tutur Harun Rasyid Lubis.
Sementara itu, Pimpinan Arun Hospital, dr. Syahruddi Ibrahim mengatakan. pihaknya telah menyediakan empat unit alat cuci darah yang akan digunakan kepada pasien yang mengalami gagal ginjal.
“Walaupun di rumah sakit ini tidak ada JKA, maka pasien yang kurang mampu tetap kita layani,” ujar Syahruddi.| AT | AG |
Posting Komentar