Barat Selatan | acehtraffic.com- Entah kebijakan dan entah ketidaksukaan siapa? Hingga membuat warga miskin harus menderita dan menerima resikonya? Kabar tidak sedap dan mengiris hati warga miskin berembus dari Nagan Raya.
Dimana program JKA untuk menolong warga miskin agar bisa berobat yang dicetuskan oleh Pemerintahan Irwandi-Nazar dan pada Kartunya bergambar Irwandi Yusuf itu tidak berlaku lagi di Nagan Raya?
Isu ini bukan isu baru, pada saat pertarungan Pilkada 2012 lalu antara pasangan Gubernur Aceh Irwandi –Muhyan dan Pasangan Zaini –Muzakkir berlangsung ada anggota DPRA dari Partai Aceh yang meminta PJ Gubernur Aceh saat itu yaitu Tarmizi Karim untuk mencabut Kartu JKA bergambar foto Gubernur Aceh dimasa Transisi itu.
Namun Tarmizi Karim tidak begitu serius dengan permintaan itu, justru Tarmizi Karim saat itu lebih mengutamakan menyukseskan Pilkada, ketimbang mengurus selembar foto milik mantan Senior Refrentatif GAM di AMM itu.
Pertarungan pilkada yang maha panas, keretam-keretum, gerebam gerebuom, dan juga diwarna dengan tembakan, pukulan itu, terutama yang menjadi korban adalah buruh penggali pipa telkom dan buruh deres getah di PT. Setya Agung Aceh Utara, serta sejumlah warga yang mendukung pasangan Gubernur Irwandi Yusuf, bahkan mantan combatan GAM yang mendukung mantan dokter hewan tersebut di klaim sebagai pengkhianat oleh lawan politik mereka.
Kesan ingin menguburkan semua hasil karya pemerintahan Irwandi–Nazar agak-agak nampak waktu itu, bahkan Irwandi yusuf sendiri ingin dikuburkan lewat sebuah rancangan penembakan di kawasan Lhong Aceh Besar. Namun ia masih selamat.
Lama tidak terdengar problem tentang Jaringan Kesehatan Aceh (JKA) buah program pemerintahan Irwandi-Nazar itu. Namun dari Nagan Raya terdengar kabar, kalau dulu semasa si empunya program masih menjabat, warga berobat sangat gampang dan mudah
“Dulu warga hanya cukup memperlihatkan kartu JKA saja,” Dan warga juga berharap pelayanan JKA jangan hanya tempat tidur dan obat yang murah digratiskan, namun obat-obat mahal pun harus di tanggung oleh Pemerintah Aceh.
Namun sekarang, kartu JKA seperti rumah atau bangunan gedung saja, ada renovasi dan perbaiki, coba baca sebuah pernyataan petugas rumah sakit di Nagan Raya menyebutkan. “Sekarang kartu tersebut (JKA Irwandi) sudah di tarik lagi untuk diperbaiki, dan warga yang ingin mendapatkan Pelayanan JKA harus menggunakan KTP dan KK,”
Selaku masyarakat lemah, yang kurang faham serta tidak ada saudara yang bisa di minta bantu untuk menghubungi dokter A dan dokter B agar saudara nya dilayani dengan baik. Tentunya keluhan kurang darah dan sakit otot, serta pening-pening semakin sering terjadi, pasalnya beban yang dipikul sudah tidak sesuai dengan asupan gizi, istirahat, serta rileks yang cukup.
Bertambah lagi dengan persoalan pemenuhan kebutuhan ekonomi yang berat karena kurangnya lapangan kerja baik yang disediakan pemerintah maupun swasta.
Seharusnya kaum bangsa yang lemah ini dipermudah untuk mendapatkan sedikit pelayanan kesehatan agar dapat sedikit punya harapan untuk menyambung hidup ditengah segala keterbatasan material tubuh yang lain, dari layaknya kehidupan yang normal.
Namun gara-gara selembar foto si pelaksana program pada musim lalu, kaum tak berdaya alias (Laeh) justru menjadi korban. Dan menjadi persoalan bagi mereka-mereka yang hidupnya lebih layak daripada pengguna kartu yang bernama JKA itu.
Sepatutnya bukanlah keluar kebijakan “Alergi” untuk JKA bergambar Irwandi? atau gambar atau ini-itu, tetapi kualitas pelayanan kesehatan yang perlu di tingkatkan.| AT | RD|
Sepatutnya bukanlah keluar kebijakan “Alergi” untuk JKA bergambar Irwandi? atau gambar atau ini-itu, tetapi kualitas pelayanan kesehatan yang perlu di tingkatkan.| AT | RD|
Posting Komentar